Sabtu, 04 Januari 2020

Paparahuan | Subuh Santai

hmmm jang segini emang paling nyaman buat merenung yak, mungkin suasana sunyi dan juga di selimuti dengan kain yg bernama rindu...

Saya berpikir, semua manusia itu hebat, bisa melewati apa masalah yg ada di depannya dan akan bisa melewatinya dengan baik2 saja, tapi itu salah.

Hmmm kita semua tau perahu, yak perahu di ciptakan agar manusia bisa berlayar di lautan yg sangat luas, saking luasnya lautan sendiri lebih luas dari pada daratan di alam semesta ini, sudah menjadi hal pas bahwa perahu akan dan selalu terkena ombak, entah itu ombak di pesisir pantai atau pun ombak di tengah lautan lepas.

nahkoda kapal tentunya mempunyai kendali penuh terhadap kapalnya sendiri, tentunya sang nahkoda sangat menyanyangi nya. perahu ini akan setiap menuruti apa perintah nahkoda, entah itu melawan ombak tinggi ataupun menikmati angin pantai.

di suatu malam badai datang!!!. dengan gagah perahu itu melewati tiap gulungan ombak yg datang, tentu saja dengan arahan nahkoda kapal. alhamdulillah perahu itu bisa melewati badai tersebut.
meskipun nahkoda tidak mendapatkan luka yg serius, tapi lain cerita dengan sang perahu yg mengalami beberapa kerusakan, mulai dari goresan di lambung kapal hingga partikel2 lain yg harus di ganti.

kapal tersebut pun hanya berlayar pelan, tentu saja di lautan yg berombak, tetapi ombak kecil, hmm entah itu ombak kecil atau besar, tetapi yg kapal ini rasa biasa aja karena dia sebelumnya sudah melewati ombak yg besar sekali, sang nahkoda pun berhenti di sebuah pulau untuk mencari keperluan barang dan memperbaiki sang kapal agar kapal ini bisa seperti sedia kala, tentu saja ketika perahu ini di turunkan jangkarnya, perahu tetap terkena ombak, hal biasa. karena ketika sebuah perahu sudah tidak bersentuhan dengan ombak, maka perahu itu bisa 2 kemungkinan. 1. perahu itu sudah tenggelam atau 2. perahu itu sudah di istirahatkan dan di simpan di darat.

sang nahkoda dengan susah payah mencari barang2 untuk memperbaiki kapalnya, dan akhirnya ketemu semua barang yg di perlukan, kapal ini pun di perbaiki, dengan sedikit pukulan palu, dinginnya cat warna, atau pun sedikit merasakan panas dari pemasangan besi. dan akhirnya perahu pun sudah gagah kembali, terima kasih nahkoda.

hari-hari selanjutnya sang nahkoda bersama kapalnya menyusuri perjalan lagi, tentunya dengan ombak yg selalu ada, dari kejauhan nahkoda melihat ada awan badai di depan, "apa yg harus nahkoda itu lakukan?" apakah harus dia lewati badai itu?, atau mencari jalan lain, atau menunggu sampai badai itu reda?.
tidak lah bijak apabila perahu ini harus melewati badai tersebut bila sebelumny ada pilihan yg bisa di pilih salah satunya. hmm saya memilih untuk melewati jalan lain tentunya dengan tetap memperhatikan badai tersebut dari jauh, saya lebih mencari perjalan lain mungkin menepi di sebuah pulau untuk menjadi orang yg berarti di sana seperti arc2 di one piece?

hahaha tidak salah juga, yg pasti nahkoda ini tau keadan perahunya sendiri, harusnya.

kelak hanya Allah SWT yg menentukan, perahu ini akan terus berlayar melewati badai itu dan memilih perjalan lain, dan menemukan kebahagiaan di perjalanan lain, atau perahu ini akan kembali melwati jalan yg terhalang badai yg sudah reda. semuanya hanya Allah yg tau.


"Kini sang nahkoda sedang berlayar tidak jauh dari badai itu tapi tidak juga membelokan arah ke perjalanan yg lain, dia berada di tengah2" Ya Allah berilah kami petunjuk ke jalan yg kau ridhoi, aamiin.


Dari sini mungkin kita tau dari sedikit cerita di atas ini bahwa dalam kehidupan itu:

"Obak adalah masalah yg selalu ada di hidup kita"

"Perahu adalah perasaan kita, hati kita"

"Nahkoda adalah kita, yg sepenuhnya bisa mengatur kemana arah perahu"


terima kasih byeeeeee



0 komentar:

Posting Komentar